Lukas 1: 26-38 (Bagi Yang Percaya Semua Mungkin)
Lukas 1:26-38
Bagi Yang Percaya Semua Mungkin
Maria
adalah sekaum dengan Elisabet, barangkali dia juga adalah suku Lewi atau
misalnya dari pihak ibunya masih sekaum dengan Elisabet, atau di pihak lain
termasuk keturunan Daud. Yusuf adalah
dari suku Yehuda. Kata bertunangan atau “nikah gangang” menunjukkan upacara
yang mana diberikan hadiah-hadiah perkawinan dari kedua belah pihak. Upacara
ini secara yuridis disamakan dengan perkawinan. Menurut adat Yahudi biasanya
hari perayaan kawin diadakan satu tahun kemudian; sejak hari itu pasangan
tersebut tinggal bersama-sama.
Secara psikologis masa
remaja adalah usia di mana individu berintegrasi (berbaur) dengan masyarakat
dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang-orang yang
lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kuranganya dalam
hal hak. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal dan
akhir masa remaja. masa awal remaja kira-kira dari usia 10-14 tahun, sedangkan
masa akhir remaja kira-kira 15-20 tahun.
Kemungkinan usia Maria ketika mendapat panggilan mengadung bayi Yesus adalah
pada masa remaja akhir.
Dalam masa remaja akhir yang berlangsung antara usia 15-20 tahun, anak remaja mulai
menyadari bahwa dia sudah mengatasi masalah ketidak-tergantungan, pada waktu
ini gambaran dirinya berubah menjadi gambaran diri seorang yang setengah
dewasa. Dalam remaja awal (usia 10-14 tahun) anak Anda akan menjawab pertanyaan
“siapakah aku?” di dalam kerangka keluarga. Dalam masa remaja akhir (usia 15-20
tahun), dia akan berjuang untuk menyelesaikan pokok perkembangan pada masa
remaja, yaitu membentuk identitas dirinya di dalam kerangka masyarakat yang
lebih luas.
Beberapa
hal umum yang harus pahami dan tahu tentang remaja akhir pada usia 15-20 tahun
adalah sebagai berikut:
- Dia akan memilih dan menyiapkan pekerjaan
- Dia akan menjalin hubungan yang memuaskan dengan lawan jenisnya dan membentuk pola tetap kehidupan cinta hetero (berbeda atau bervariasi) seksualnya
- Dia akan mengisi kebebasan yang diberikan oleh orangtua dan keluarga.
Masa remaja akhir, bagi banyak orangtua merupakan masa yang sulit
untuk ditangani, karena masa itu sering sekali bertepatan dengan masa kritis
dalam diri orangtua, yaitu krisis pada masa usia pertengahan. Orangtua sudah
memasuki masa separuh baya, biasanya sekitar usia 45-55 tahun
Beberapa kehilangan/resiko/tantangan/harga/ yang diemban atau
ditanggung Maria, ketika dia bersedia menerima panggilan Tuhan.
1.
Kehilangan masa bermain dengan
teman-teman sebayanya/kelompoknya (mengalami perubahan sosial karena fokusnya
sudah mengurus suami/keluarga). Sebenarnya masa remaja adalah masa paling senang berkumpul
dengan teman2 sebayanya.
2.
Kehilangan kesempatan mengembangkan
bakat, talenta, dan hobinya. Karena pada ini, remaja biasanya suka melakukan
berbagai aktifitas dan kegiatan.
3.
Kehilangan kesempatan menjalani
minat-minat pribadinya (minat penampilan diri, minat pakaian, minat prestasi,
minat pada uang , minat pendidikan, pekerjaan)
4.
Kehilangan perilaku moral yang baik,
(karena dianggap akan melakukan perzinahan, aib, dianggap sebagai wanita/remaja
yang tidak baik/ sembrono)
5.
Kehilangan kesempatan mendapatkan kasih
sayang yang lebih banyak dari orangtuanya. Karena dia sudah tunangan dan akan
membentuk sebuah rumah tangga sendiri
6.
Mendapat tanggung jawab yang besar
karena akan melahirkan seorang bayi yang bukan dari hasil persetubuhan dengan
pria. Penjelasan yang sangat rumit untuk diterima oleh ilmu kedokteran dan akal
sehat manusia
7.
Akan menimbulkan rasa takut dan cemas
yang berlebihan (mengalami perubahan emosi yang besar).
Saya tidak tahu,
hal-hal apa saja yang sanggup/mampu kita berikan pada Tuhan demi sebuah
panggilan/penggenapan rencana Tuhan bagi UmatNya.
Apa saja yang berani
kita lakukan ketika Tuhan membutuhkan kita di gereja, di tempat kerja, di
keluarga, atau di lingkungan di mana kita berada.
Atau mungkin kita sebagai orang Kristen
lebih memiliki perasaan bahwa Tuhan yang butuh kita, bukan kita yang butuh Tuhan.
Tidak jarang, ketika Tuhan membutuhkan kita untuk menjadi saluran
berkat/melayani Dia bagi di gereja, di rumah, atau di manapun, kita menolaknya, kita enggan melakukannya. Mungkin
kita punya berbagai alasan atas penolakan tersebut.
Kalau kita menganggap
bahwa Tuhan yang butuh kita, maka kita bisa punya berbagai alasan untuk tidak melakukannya,
tetapi jika kita merasa bahwa kita yang membutuhkan Tuhan, maka jawaban kita
biasanya hanya satu, iya/siap/oke.
Untuk mengatakan “Jadilah
padaku menurut perkataanmu” tidaklah mudah/gampang..Apalagi ini ungkapan ini
diteguhkan oleh Maria sendiri, yang mengatakan bahwa “Aku ini hanya seorang
hamba”. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan “pemberontakan”, tidak bisa
dinasehati, suka melawan, masa yang “bermasalah” atau “pertentangan” biasanya
dengan orangtua, guru atau orang dewasa lainnya.
Terkadang orang dewasa
saja sangat sulit memahami, mengartikan atau melakukan tugas-tugas seorang
hamba atau menjadi seorang hamba, apalagi hanya seorang anak remaja.
Biasanya kita semua ingin menjadi bos/tuan.
Menjadi seorang hamba mungkin hanya
sebatas perkataan, tetapi dalam pelaksanaanya biasanya kita ingin manjadi
bos/tuan.
Jawaban “Jadilah
seperti perkataan/kehendakMu” juga pernah diucapan Tuhan Yesus ketika di taman
Getsemani. Sebuah jawaban dengan resiko yang tinggi dan berat. Kalau saya pikir-pikir
dan jujur dengan diri saya, belum tentu saya berani mengatakan jawaban “jadilah
seperti perkataan/kehendakMu” Mengingat terlalu beratnya resiko/tantangan/
konsekuensi yang dipikul dibalik perkataan itu. Jika bukan kekuatan dari Tuhan
yang luar biasa dan Maha Dahsyat itu. Tidak ada seorang manusia pun yang
sanggup mengatakannya.
Saya mencoba memahami bahwa sebenarnya
panggilan ini “sangat berat” ditanggung oleh seorang remaja bernama Maria. Sangat
langka kesadaran dan pemahaman pikiran seperti ini diucapkan oleh orang
dewasa/oleh orang Kristen, apalagi perkataan ini diucapkan oleh seorang remaja
desa yang sederhana
Saya menyakini bahwa Maria
adalah remaja yang bukan sembarang remaja. Maria adalah seorang remaja yang
mendapat pendidikan agama yang kuat dan dalam orangtuanya. Keluarganya yang
taat dengan pendidikan agama yang ketat, membuat Maria mengerti bahwa rencana
Tuhan yang besar membutuhkan pengorbanan yang besar.
Mari kita mendidik
generasi kita ini dengan ini dengan pendidikan agama dan moral yang baik. Mari kita
memperbaharui dan mengembalikan fungsi keluarga sebagai pembentukan moral,
karakter, dan agama, bagi setiap anggota keluarga. Mari kita sebagai orangtua
(suami dan istri) menjalankan fungsi kita dengan penuh rasa tanggung jawab. Mengingat
dewasa ini, begitu meningkatnya kenakalan remaja dan “kejahatan” di kalangan
remaja. Sehingga generasi-generasi kita berikutnya “melahirkan” orang-orang
yang memiliki nilai-nilai agama, moral dan karakter yang bernilai.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda