Rabu, 10 Desember 2014

Lukas 1: 26-38 (Bagi Yang Percaya Semua Mungkin)



Lukas 1:26-38
Bagi Yang Percaya Semua Mungkin
            Maria adalah sekaum dengan Elisabet, barangkali dia juga adalah suku Lewi atau misalnya dari pihak ibunya masih sekaum dengan Elisabet, atau di pihak lain termasuk keturunan Daud.  Yusuf adalah dari suku Yehuda. Kata bertunangan atau “nikah gangang” menunjukkan upacara yang mana diberikan hadiah-hadiah perkawinan dari kedua belah pihak. Upacara ini secara yuridis disamakan dengan perkawinan. Menurut adat Yahudi biasanya hari perayaan kawin diadakan satu tahun kemudian; sejak hari itu pasangan tersebut tinggal bersama-sama.
Secara psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi (berbaur) dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kuranganya dalam hal hak. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal dan akhir masa remaja. masa awal remaja kira-kira dari usia 10-14 tahun, sedangkan masa akhir remaja kira-kira 15-20  tahun. Kemungkinan usia Maria ketika mendapat panggilan mengadung bayi Yesus adalah pada masa remaja akhir.
Dalam masa remaja akhir yang berlangsung  antara usia 15-20 tahun, anak remaja mulai menyadari bahwa dia sudah mengatasi masalah ketidak-tergantungan, pada waktu ini gambaran dirinya berubah menjadi gambaran diri seorang yang setengah dewasa. Dalam remaja awal (usia 10-14 tahun) anak Anda akan menjawab pertanyaan “siapakah aku?” di dalam kerangka keluarga. Dalam masa remaja akhir (usia 15-20 tahun), dia akan berjuang untuk menyelesaikan pokok perkembangan pada masa remaja, yaitu membentuk identitas dirinya di dalam kerangka masyarakat yang lebih luas.
Beberapa hal umum yang harus pahami dan tahu tentang remaja akhir pada usia 15-20 tahun adalah sebagai berikut:
  1. Dia akan memilih dan menyiapkan pekerjaan
  2. Dia akan menjalin hubungan yang memuaskan dengan lawan jenisnya dan membentuk pola tetap kehidupan cinta hetero (berbeda atau bervariasi) seksualnya
  3. Dia akan mengisi kebebasan yang diberikan oleh orangtua dan keluarga.
Masa remaja akhir, bagi banyak orangtua merupakan masa yang sulit untuk ditangani, karena masa itu sering sekali bertepatan dengan masa kritis dalam diri orangtua, yaitu krisis pada masa usia pertengahan. Orangtua sudah memasuki masa separuh baya, biasanya sekitar usia 45-55 tahun
Beberapa kehilangan/resiko/tantangan/harga/ yang diemban atau ditanggung Maria, ketika dia bersedia menerima panggilan Tuhan.
1.      Kehilangan masa bermain dengan teman-teman sebayanya/kelompoknya (mengalami perubahan sosial karena fokusnya sudah mengurus suami/keluarga). Sebenarnya masa  remaja adalah masa paling senang berkumpul dengan teman2 sebayanya.  
2.      Kehilangan kesempatan mengembangkan bakat, talenta, dan hobinya. Karena pada ini, remaja biasanya suka melakukan berbagai aktifitas dan kegiatan.
3.      Kehilangan kesempatan menjalani minat-minat pribadinya (minat penampilan diri, minat pakaian, minat prestasi, minat pada uang , minat pendidikan, pekerjaan)
4.      Kehilangan perilaku moral yang baik, (karena dianggap akan melakukan perzinahan, aib, dianggap sebagai wanita/remaja yang tidak baik/ sembrono)
5.      Kehilangan kesempatan mendapatkan kasih sayang yang lebih banyak dari orangtuanya. Karena dia sudah tunangan dan akan membentuk sebuah rumah tangga sendiri
6.      Mendapat tanggung jawab yang besar karena akan melahirkan seorang bayi yang bukan dari hasil persetubuhan dengan pria. Penjelasan yang sangat rumit untuk diterima oleh ilmu kedokteran dan akal sehat manusia
7.      Akan menimbulkan rasa takut dan cemas yang berlebihan (mengalami perubahan emosi yang besar).
Saya tidak tahu, hal-hal apa saja yang sanggup/mampu kita berikan pada Tuhan demi sebuah panggilan/penggenapan rencana Tuhan bagi UmatNya.
Apa saja yang berani kita lakukan ketika Tuhan membutuhkan kita di gereja, di tempat kerja, di keluarga, atau di lingkungan di mana kita berada.
Atau mungkin kita sebagai orang Kristen lebih memiliki perasaan bahwa Tuhan yang butuh kita, bukan kita yang butuh Tuhan. Tidak jarang, ketika Tuhan membutuhkan kita untuk menjadi saluran berkat/melayani Dia bagi di gereja, di rumah, atau di manapun,  kita menolaknya, kita enggan melakukannya. Mungkin kita punya berbagai alasan atas penolakan tersebut.
Kalau kita menganggap bahwa Tuhan yang butuh kita, maka kita bisa punya berbagai alasan untuk tidak melakukannya, tetapi jika kita merasa bahwa kita yang membutuhkan Tuhan, maka jawaban kita biasanya hanya satu, iya/siap/oke.
Untuk mengatakan “Jadilah padaku menurut perkataanmu” tidaklah mudah/gampang..Apalagi ini ungkapan ini diteguhkan oleh Maria sendiri, yang mengatakan bahwa “Aku ini hanya seorang hamba”. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan “pemberontakan”, tidak bisa dinasehati, suka melawan, masa yang “bermasalah” atau “pertentangan” biasanya dengan orangtua, guru atau orang dewasa lainnya.
Terkadang orang dewasa saja sangat sulit memahami, mengartikan atau melakukan tugas-tugas seorang hamba atau menjadi seorang hamba, apalagi hanya seorang anak remaja.
Biasanya kita semua ingin menjadi bos/tuan.  Menjadi seorang hamba mungkin hanya sebatas perkataan, tetapi dalam pelaksanaanya biasanya kita ingin manjadi bos/tuan.
Jawaban “Jadilah seperti perkataan/kehendakMu” juga pernah diucapan Tuhan Yesus ketika di taman Getsemani. Sebuah jawaban dengan resiko yang tinggi dan berat. Kalau saya pikir-pikir dan jujur dengan diri saya, belum tentu saya berani mengatakan jawaban “jadilah seperti perkataan/kehendakMu” Mengingat terlalu beratnya resiko/tantangan/ konsekuensi yang dipikul dibalik perkataan itu. Jika bukan kekuatan dari Tuhan yang luar biasa dan Maha Dahsyat itu. Tidak ada seorang manusia pun yang sanggup mengatakannya.
Saya mencoba memahami bahwa sebenarnya panggilan ini “sangat berat” ditanggung oleh seorang remaja bernama Maria. Sangat langka kesadaran dan pemahaman pikiran seperti ini diucapkan oleh orang dewasa/oleh orang Kristen, apalagi perkataan ini diucapkan oleh seorang remaja desa yang sederhana
Saya menyakini bahwa Maria adalah remaja yang bukan sembarang remaja. Maria adalah seorang remaja yang mendapat pendidikan agama yang kuat dan dalam orangtuanya. Keluarganya yang taat dengan pendidikan agama yang ketat, membuat Maria mengerti bahwa rencana Tuhan yang besar membutuhkan pengorbanan yang besar.
Mari kita mendidik generasi kita ini dengan ini dengan pendidikan agama dan moral yang baik. Mari kita memperbaharui dan mengembalikan fungsi keluarga sebagai pembentukan moral, karakter, dan agama, bagi setiap anggota keluarga. Mari kita sebagai orangtua (suami dan istri) menjalankan fungsi kita dengan penuh rasa tanggung jawab. Mengingat dewasa ini, begitu meningkatnya kenakalan remaja dan “kejahatan” di kalangan remaja. Sehingga generasi-generasi kita berikutnya “melahirkan” orang-orang yang memiliki nilai-nilai agama, moral dan karakter yang bernilai.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda