Orangtua Menjadi Guru Di rumah Bagi Anaknya
Orangtua Menjadi Guru Di rumah Bagi Anaknya
Banyak orangtua yang menyerahkan pendidikan anaknya kepada
guru di sekolah dan guru di tempat les. Sehingga peran orangtua menjadi guru di
rumah bagi anaknya sangat minim dan rendah. Orangtua kurang terlibat pada
pendidikan anaknya.
Tidak jarang anak-anak lebih mengingat dan lebih patuh pada perkataan
seorang guru daripada orangtuanya. Ucapan atau perkataan guru yang positif dan negatif
itu kerap diingat dan diulangi anak-anak ketika mereka berada di rumah.
Sebagian anak selalu bercerita pada orangtuanya tentang
kejadian dan peristiwa yang dialaminya di sekolah. Beberapa anak mengatakan hal
yang demikian pada orangtuanya:
1.
Ma, kata guruku.. siapa yang mematahkan pencil
maka lehernya dipatahkan
2.
Ma, kata guruku.. siapa yang suka menjerit-jerit
nanti lidahnya bisa putus
3.
Ma, kata guruku… tangannya nanti dipotong,
bahkan ada yang anak yang merasa diancam, atau ditakut-takuti oleh gurunya.
4.
Ada juga anak yang mendapat kekerasan fisik dan
verbal dari guru.
5.
Beberapa guru melakukan kebiasaan buruk salah
satunya, menggigit kuku/jarinya di depan anak-anaknya.
6.
Dan masih banyak lagi.. kata guruku..
Perlu kita pahami bahwa sebagai seorang guru, mereka tidak
luput dari berbagai masalah (masalah pribadi, keluarga, atau rumah tangga) yang
dapat mempengaruhi emosinya, baik dari segi perilaku ataupun dari segi pola
berkomunikasi (bicara). Tidak jarang orangtua mengeluhkan sikap, perilaku, atau
cara komunikasi seorang guru. Saya memahami hal ini, mengingat saya pernah
menjadi guru dan kepsek SMP selama 4 tahun. Banyak kegagalan sikap, perilaku,
dan pola komunikasi yang saya lakukan di masa lampau.
Dalam beberapa seminar yang saya lakukan untuk para guru
SD-SMA di beberapa sekolah, sebagian besar guru mengalami trauma ketika masa
kanak-kanak, tanpa sadar terbawa ketika dewasa terlebih ketika dia menjadi guru.
Trauma itu berupa hubungan yang kurang baik antara anak dan orangtua, mengalami
kekerasan verbal dan fisik, luka batin, menyimpan kemarahan, dan lain
sebagainya. Di tambah lagi karena
masalah pribadi atau keluarga yang tanpa sadar terbawa-bawa saat guru berada di
sekolah.
Penting sekali bagi orangtua untuk terus memelihara hubungan
dan komunikasi yang positif dengan guru anak-anak kita. Orangtua perlu berteman
dan menjaga hubungan baik dengan guru kita. Semoga melalui kehadiran kita, kita
dpat menolong guru-guru anak kita.
Sebagai orangtua, kita harus terlibat dalam pendidikan anak
kita, orangtua perlu menjadi guru di rumah bagi anak-anaknya. Jika anak kita
memberitahukan sikap atau ucapan guru yang negatif pada kita, adalah tugas kita
memberikan edukasi atau meluruskan sikap atau ucapan guru itu pada anak kita.
Kemudian orangtua juga
harus menjaga komunikasi yang positif pada anak. Hentikan kekerasan
verbal (memaki, bicara kasar, sembrono,
merendahkan dirinya) atau fisik pada anak.
Jika ada hal-hal yang sulit diatasi silahkan berkonsultasi
dengan konselor Anda
Semoga Menolong
Salam Konseling Oke
Jontrianto
Konselor Keluarga dan Okultisme
Penulis Buku: Hidup Ini Indah dan Inilah Yang Aku Cari
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda