Jumat, 22 April 2016

Orangtua Menjadi Guru Di rumah Bagi Anaknya



Orangtua Menjadi Guru Di rumah Bagi Anaknya

Banyak orangtua yang menyerahkan pendidikan anaknya kepada guru di sekolah dan guru di tempat les. Sehingga peran orangtua menjadi guru di rumah bagi anaknya sangat minim dan rendah. Orangtua kurang terlibat pada pendidikan anaknya.
Tidak jarang anak-anak  lebih mengingat dan lebih patuh pada perkataan seorang guru daripada orangtuanya. Ucapan atau perkataan guru yang positif dan negatif itu kerap diingat dan diulangi anak-anak ketika mereka berada di rumah.

Sebagian anak selalu bercerita pada orangtuanya tentang kejadian dan peristiwa yang dialaminya di sekolah. Beberapa anak mengatakan hal yang demikian pada orangtuanya:
1.       Ma, kata guruku.. siapa yang mematahkan pencil maka lehernya dipatahkan
2.       Ma, kata guruku.. siapa yang suka menjerit-jerit nanti lidahnya bisa putus
3.       Ma, kata guruku… tangannya nanti dipotong, bahkan ada yang anak yang merasa diancam, atau ditakut-takuti oleh gurunya.
4.       Ada juga anak yang mendapat kekerasan fisik dan verbal dari guru.
5.       Beberapa guru melakukan kebiasaan buruk salah satunya, menggigit kuku/jarinya di depan anak-anaknya.
6.       Dan masih banyak lagi.. kata guruku..

Perlu kita pahami bahwa sebagai seorang guru, mereka tidak luput dari berbagai masalah (masalah pribadi, keluarga, atau rumah tangga) yang dapat mempengaruhi emosinya, baik dari segi perilaku ataupun dari segi pola berkomunikasi (bicara). Tidak jarang orangtua mengeluhkan sikap, perilaku, atau cara komunikasi seorang guru. Saya memahami hal ini, mengingat saya pernah menjadi guru dan kepsek SMP selama 4 tahun. Banyak kegagalan sikap, perilaku, dan pola komunikasi yang saya lakukan di masa lampau.

Dalam beberapa seminar yang saya lakukan untuk para guru SD-SMA di beberapa sekolah, sebagian besar guru mengalami trauma ketika masa kanak-kanak, tanpa sadar terbawa ketika dewasa terlebih ketika dia menjadi guru. Trauma itu berupa hubungan yang kurang baik antara anak dan orangtua, mengalami kekerasan verbal dan fisik, luka batin, menyimpan kemarahan, dan lain sebagainya.  Di tambah lagi karena masalah pribadi atau keluarga yang tanpa sadar terbawa-bawa saat guru berada di sekolah.

Penting sekali bagi orangtua untuk terus memelihara hubungan dan komunikasi yang positif dengan guru anak-anak kita. Orangtua perlu berteman dan menjaga hubungan baik dengan guru kita. Semoga melalui kehadiran kita, kita dpat menolong guru-guru anak kita.

Sebagai orangtua, kita harus terlibat dalam pendidikan anak kita, orangtua perlu menjadi guru di rumah bagi anak-anaknya. Jika anak kita memberitahukan sikap atau ucapan guru yang negatif pada kita, adalah tugas kita memberikan edukasi atau meluruskan sikap atau ucapan guru itu pada anak kita.
Kemudian orangtua juga  harus menjaga komunikasi yang positif pada anak. Hentikan kekerasan verbal  (memaki, bicara kasar, sembrono, merendahkan dirinya) atau fisik pada anak.

Jika ada hal-hal yang sulit diatasi silahkan berkonsultasi dengan konselor Anda

Semoga Menolong

Salam Konseling Oke

Jontrianto
Konselor Keluarga dan Okultisme
Penulis Buku: Hidup Ini Indah dan Inilah Yang Aku Cari

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda