Rabu, 17 Desember 2014

Orangtua dipakai Tuhan sebagai alat keselamatan dalam keluarga (Matius 1:19-25)



Orangtua dipakai Tuhan sebagai alat keselamatan dalam keluarga                            
Matius 1:19-25
Ada suatu pemahaman yang menyatakan bahwa keluarga dibentuk oleh individu-individu yang membentuknya, tetapi ada suatu pemahaman yang jauh lebih mendalam, yaitu bahwa individu-individu dibentuk oleh keluarga
Ada banyak orangtua yang sangat ingin dihormati. Masalahnya, tidak banyak di antara mereka yang memiliki kehormatan.
Bisnis yang sukses menyediakan pelayanan yang hebat untuk memenuhi kebutuhan orang. Orang yang memperoleh uang paling banyak adalah mereka yang memberikan pelayanan terbaik. George Gilder, Penulis Buku “kekayaan dan kemiskinan” (George Gilder, Seorang Ilmu ekonomi)
Daya penggerak ekonomi bebas bukanlah sumber daya alam yang penting atau bahkan kekayaan yang bersifat fisik, melainkan "kekayaan yang tidak kelihatan" yaitu kekayaan metafisika (hal-hal yang di luar dunia fisik) berupa keluarga dan iman.  (George Gilder, Seorang Ilmu ekonomi)
Keluarga memiliki rasionalitas hubungan yang di dalamnya tekanan sekaligus teladan orangtua tidak akan berakhir meskipun mereka sudah berpisah.
Pengaruhnya tidak diturunkan hanya karena adanya informasi genetika atau pendidikan di rumah
Pengaruhnya tidak akan berakhir  meskipun mereka sudah berpisah
Menjadi orangtua sama artinya dengan membentuk dan mempengaruhi kehidupan orang lain.
Sebenarnya memikirkan dengan hati-hati hasil yang kita bentuk melalui kehidupan  orang kita sendiri merupakan sebuah panggilan khusus
Mengapa orangtua perlu menyucikan diri kita? Karena anak-anak kita kerap kali mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang kita perlihatkan dihadapan mereka.
Contohnya, melatih mereka mengatakan: ucapan selamat malam, terima kasih, maaf, aku cinta padamu
Tuhan memilih Yusuf dan Maria sebagai ibu biologis Tuhan Yesus. 
Tuhan Yesus didik dengan ilmu pendidikan agama ,pengajaran moral dan adat-istiadat yang kuat.
Jadi Tuhan Yesus itu mengikuti pendidikan formal dan non formal
Yusuf ingin menceraikan Maria tunangannya secara diam-diam.
Secara manusia memang dia tidak  harus bertanggung jawab dengan yang  bukan karena perbuatannya
Berapa banyak zaman ini orangtua tidak bertanggung jawab kepada anak-anaknya?
Berapa banyak zaman ini suami-suami yang menceraikan istrinya secara diam-diam atau terang-teranganya?
Kesaksian seorang ibu yang pernah bercerita tentang suaminya dan putra angkanya pergi ke acara KKR
Meskipun kita dapat menghasilkan keturunan yang menyerupai kita dalam relasi keintiman, pertumbuhan yang sejati adalah secara rohani
Yakni menjalani kehidupan kita di hadapan anak-anak yang kelak akan meniru kita dengan cara yang menakjubkan. Ini merupakan warisan rohani bagi mereka.
Menjadi orangtua berarti menampilkan kesan.
Kita akan melahirkan karakter manusia, warisan, dan masa depan.
Ini merupakan sebuah panggilan dan tantangan yang serius  bagi semua ayah dan ibu masa kini.
Alkitab menganggap pertumbuhan rohani  sebagai persoalan yang sangat penting (2 Petrus 1:5-7)
Renungkan kata “berusaha”
Berusaha menambahkan hal yang positif pada iman kita.
Kemalasan yang bertumbuh di tengah berbagai kebajikan ini akan membuat kita menjadi “buta dan Picik” dan lupa betapa kita telah disucikan dari dosa-dosa masa lalu kita (2 Petrus 1:9)
Jika surga tidak memotivasi kita untuk berusaha dengan sungguh-sungguh, barangkali mempunyai anak dapat memotivasi kita.
Jika kita berusaha dengan agresif menambahkan berbagai kualitas positif pada iman kita, kita akan dibuat menjadi “Giat dan berhasi” dalam “pengenalan akan Yesus Kristus” ( 2 Petrus 1:8)
Dan inilah yang dialami oleh Maria dan Yusuf,  Maria tidak menolak atau melarikan diri ketika akan hamil bayi Yesus Yusuf tidak jadi menceraikan diam-diam Maria,
Karena mereka tahu. Sebagai orangtua  mereka harus bersedia dipakai menjadi alat keselamatan bagi keluarga dan lebih luas lagi bagi kepentingan  umat manusia
 
Bertumbuh dalam kekudusan bukan berbicara tentang berusaha mencapai surga, melainkan tentang meninggalkan teladan yang  autentik (dapat dipercaya) agar diikuti oleh orang lain- yang dimulai dari anak-anak kita
Ketika Tuhan mengizinkan Anda sebagai orangtua, itu artinya Tuhan ingin memakai Anda menjadi alat keselamatanNya pertama di keluarga kemudian di tengah-tengah masyarakat.



Rabu, 10 Desember 2014

Lukas 1: 26-38 (Bagi Yang Percaya Semua Mungkin)



Lukas 1:26-38
Bagi Yang Percaya Semua Mungkin
            Maria adalah sekaum dengan Elisabet, barangkali dia juga adalah suku Lewi atau misalnya dari pihak ibunya masih sekaum dengan Elisabet, atau di pihak lain termasuk keturunan Daud.  Yusuf adalah dari suku Yehuda. Kata bertunangan atau “nikah gangang” menunjukkan upacara yang mana diberikan hadiah-hadiah perkawinan dari kedua belah pihak. Upacara ini secara yuridis disamakan dengan perkawinan. Menurut adat Yahudi biasanya hari perayaan kawin diadakan satu tahun kemudian; sejak hari itu pasangan tersebut tinggal bersama-sama.
Secara psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi (berbaur) dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kuranganya dalam hal hak. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal dan akhir masa remaja. masa awal remaja kira-kira dari usia 10-14 tahun, sedangkan masa akhir remaja kira-kira 15-20  tahun. Kemungkinan usia Maria ketika mendapat panggilan mengadung bayi Yesus adalah pada masa remaja akhir.
Dalam masa remaja akhir yang berlangsung  antara usia 15-20 tahun, anak remaja mulai menyadari bahwa dia sudah mengatasi masalah ketidak-tergantungan, pada waktu ini gambaran dirinya berubah menjadi gambaran diri seorang yang setengah dewasa. Dalam remaja awal (usia 10-14 tahun) anak Anda akan menjawab pertanyaan “siapakah aku?” di dalam kerangka keluarga. Dalam masa remaja akhir (usia 15-20 tahun), dia akan berjuang untuk menyelesaikan pokok perkembangan pada masa remaja, yaitu membentuk identitas dirinya di dalam kerangka masyarakat yang lebih luas.
Beberapa hal umum yang harus pahami dan tahu tentang remaja akhir pada usia 15-20 tahun adalah sebagai berikut:
  1. Dia akan memilih dan menyiapkan pekerjaan
  2. Dia akan menjalin hubungan yang memuaskan dengan lawan jenisnya dan membentuk pola tetap kehidupan cinta hetero (berbeda atau bervariasi) seksualnya
  3. Dia akan mengisi kebebasan yang diberikan oleh orangtua dan keluarga.
Masa remaja akhir, bagi banyak orangtua merupakan masa yang sulit untuk ditangani, karena masa itu sering sekali bertepatan dengan masa kritis dalam diri orangtua, yaitu krisis pada masa usia pertengahan. Orangtua sudah memasuki masa separuh baya, biasanya sekitar usia 45-55 tahun
Beberapa kehilangan/resiko/tantangan/harga/ yang diemban atau ditanggung Maria, ketika dia bersedia menerima panggilan Tuhan.
1.      Kehilangan masa bermain dengan teman-teman sebayanya/kelompoknya (mengalami perubahan sosial karena fokusnya sudah mengurus suami/keluarga). Sebenarnya masa  remaja adalah masa paling senang berkumpul dengan teman2 sebayanya.  
2.      Kehilangan kesempatan mengembangkan bakat, talenta, dan hobinya. Karena pada ini, remaja biasanya suka melakukan berbagai aktifitas dan kegiatan.
3.      Kehilangan kesempatan menjalani minat-minat pribadinya (minat penampilan diri, minat pakaian, minat prestasi, minat pada uang , minat pendidikan, pekerjaan)
4.      Kehilangan perilaku moral yang baik, (karena dianggap akan melakukan perzinahan, aib, dianggap sebagai wanita/remaja yang tidak baik/ sembrono)
5.      Kehilangan kesempatan mendapatkan kasih sayang yang lebih banyak dari orangtuanya. Karena dia sudah tunangan dan akan membentuk sebuah rumah tangga sendiri
6.      Mendapat tanggung jawab yang besar karena akan melahirkan seorang bayi yang bukan dari hasil persetubuhan dengan pria. Penjelasan yang sangat rumit untuk diterima oleh ilmu kedokteran dan akal sehat manusia
7.      Akan menimbulkan rasa takut dan cemas yang berlebihan (mengalami perubahan emosi yang besar).
Saya tidak tahu, hal-hal apa saja yang sanggup/mampu kita berikan pada Tuhan demi sebuah panggilan/penggenapan rencana Tuhan bagi UmatNya.
Apa saja yang berani kita lakukan ketika Tuhan membutuhkan kita di gereja, di tempat kerja, di keluarga, atau di lingkungan di mana kita berada.
Atau mungkin kita sebagai orang Kristen lebih memiliki perasaan bahwa Tuhan yang butuh kita, bukan kita yang butuh Tuhan. Tidak jarang, ketika Tuhan membutuhkan kita untuk menjadi saluran berkat/melayani Dia bagi di gereja, di rumah, atau di manapun,  kita menolaknya, kita enggan melakukannya. Mungkin kita punya berbagai alasan atas penolakan tersebut.
Kalau kita menganggap bahwa Tuhan yang butuh kita, maka kita bisa punya berbagai alasan untuk tidak melakukannya, tetapi jika kita merasa bahwa kita yang membutuhkan Tuhan, maka jawaban kita biasanya hanya satu, iya/siap/oke.
Untuk mengatakan “Jadilah padaku menurut perkataanmu” tidaklah mudah/gampang..Apalagi ini ungkapan ini diteguhkan oleh Maria sendiri, yang mengatakan bahwa “Aku ini hanya seorang hamba”. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan “pemberontakan”, tidak bisa dinasehati, suka melawan, masa yang “bermasalah” atau “pertentangan” biasanya dengan orangtua, guru atau orang dewasa lainnya.
Terkadang orang dewasa saja sangat sulit memahami, mengartikan atau melakukan tugas-tugas seorang hamba atau menjadi seorang hamba, apalagi hanya seorang anak remaja.
Biasanya kita semua ingin menjadi bos/tuan.  Menjadi seorang hamba mungkin hanya sebatas perkataan, tetapi dalam pelaksanaanya biasanya kita ingin manjadi bos/tuan.
Jawaban “Jadilah seperti perkataan/kehendakMu” juga pernah diucapan Tuhan Yesus ketika di taman Getsemani. Sebuah jawaban dengan resiko yang tinggi dan berat. Kalau saya pikir-pikir dan jujur dengan diri saya, belum tentu saya berani mengatakan jawaban “jadilah seperti perkataan/kehendakMu” Mengingat terlalu beratnya resiko/tantangan/ konsekuensi yang dipikul dibalik perkataan itu. Jika bukan kekuatan dari Tuhan yang luar biasa dan Maha Dahsyat itu. Tidak ada seorang manusia pun yang sanggup mengatakannya.
Saya mencoba memahami bahwa sebenarnya panggilan ini “sangat berat” ditanggung oleh seorang remaja bernama Maria. Sangat langka kesadaran dan pemahaman pikiran seperti ini diucapkan oleh orang dewasa/oleh orang Kristen, apalagi perkataan ini diucapkan oleh seorang remaja desa yang sederhana
Saya menyakini bahwa Maria adalah remaja yang bukan sembarang remaja. Maria adalah seorang remaja yang mendapat pendidikan agama yang kuat dan dalam orangtuanya. Keluarganya yang taat dengan pendidikan agama yang ketat, membuat Maria mengerti bahwa rencana Tuhan yang besar membutuhkan pengorbanan yang besar.
Mari kita mendidik generasi kita ini dengan ini dengan pendidikan agama dan moral yang baik. Mari kita memperbaharui dan mengembalikan fungsi keluarga sebagai pembentukan moral, karakter, dan agama, bagi setiap anggota keluarga. Mari kita sebagai orangtua (suami dan istri) menjalankan fungsi kita dengan penuh rasa tanggung jawab. Mengingat dewasa ini, begitu meningkatnya kenakalan remaja dan “kejahatan” di kalangan remaja. Sehingga generasi-generasi kita berikutnya “melahirkan” orang-orang yang memiliki nilai-nilai agama, moral dan karakter yang bernilai.

Senin, 08 Desember 2014

belajar dari pengalaman masa lalu yang buruk

Pengalaman buruk masa lalu akan banyak mengajari kita jika kita mau belajar dan sadar untuk memperbaikinya, tetapi pengalaman masa lalu mungkin akan terus berulang terjadi jika kita merasa bahwa pengalaman buruk itu bukan sebagai pengalaman buruk yang butuh disesali. Pengalaman buruk di masa lalu, seharusnya membuat kita semakin lebih baik di masa sekarang dan di masa depan, bukan malah semakin memperburuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Berbahagialah orang yang telah banyak belajar dan sadar akan masa lalu yang buruk, sehingga memiliki tekat yang kuat untuk pulih di masa sekarang dan masa yang akan datang. Selamat Berpulih... SALAM KONSELING....

Rabu, 03 Desember 2014

Markus 1:1-8 (Kusiapkan hatiku menyambut Tuhan)



Markus 1:1-8
Kusiapkan hatiku menyambut Tuhan
Bagaimana Anda mempersiapkan hati Anda menyambut Tuhan?
Pesan Yohanes adalah bertobat
Siapa Yohanes: Bapaknya seorang imam, bernama Zakaria ibunya bernama elisabet: Alkitab mencatat bahwa orangtuanya adalah orang yang benar dihadapan Allah dan tidak bercacat. Yohanes lahir setelah orangtua lanjut umur, anak satu2nya, dia akan membuat banyak orang Israel berbalik pada Tuhan. Akhir hidupnya begitu tragis, dipenggal kepalanya.
Bertobat itu apa? Lukas 3:11-14
1. Ay 11. membagikan kepada yang tidak punya (jangan rakus, egois dan mementingkan diri sendiri)
2. Ay 12. (tidak menipu, melebih-lebihkan pembicaraan, )
3. Ay 13. jangan merampas, memeras, korupsi, dll)
Ini semua berbicara tentang moral, karakter, kepribadian, akhlak, dan kebiasan-kebiasaan buruk. Bertobatlah dari ini
Kita perlu mengevaluasi kehidupan kita setiap hari, menjelang tidur, kita perlu bertanya pada diri kita, apa hari ini saya sudah menjadi berkat bagi orang lain, sikap/sifat mana yang harus diperbaiki dan dipertahankan/ditingkatkan.
Semuanya itu dapat kita lakukan kalau Roh Kudus hidup dalam diri kita. Orang yang mengaku punya Tuhan, tetapi karakternya tidak berubah sesungguhnya tidak ada Tuhan dalam dirinya. yang mungkin ada adalah rasa benci, rasa marah, anti sosial, dan lain sebagainya
Perilaku bermoral terdiri dari tingkah laku yang disenangi maupun yang tidak disenangi, seperti kepatuhan, berbicara jujur, membagi, menipu, berbohong dan memberontak.
Perilaku bermoral pada diri kita tidak konsisten. Dalam situasi tertentu mungkin kita bisa berkelakuan baik, namun pada situasi lain kita bisa berkelakukan tidak baik. Walaupun perilaku kita lebih dipengaruhi oleh pengendalian dari luar, namun pengendalian dari luar dapat diganti oleh pengendalian dari dalam.
Hogan telah membentuk  model perilaku bermoral dengan 5 dimensi
1.      Pengetahuan moral adalah pengetahuan mengenai peraturan moral, yakni perbuatan-perbuatan yang sebaiknya dilakukan/tidak dilakukan. Hal ini biasanya berhubungan dengan taraf inteligensi atau latar belakang seseorang
2.      Sosialisasi artinya belajar dari masyarakat supaya dapat menerima peraturan-peraturan dan mau menjalankannya
3.      Empati merupakan kepekaan sosial terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain
4.      Otonomi berarti terlepas dari pengendalian dari luar terhadap perilaku dan sanggup memperkuat dan mengendalikan diri
5.      Dimensi nilai moral dipakai dalam arti percaya bahwa sifat kemanusiaan adalah baik
Hogan berpendapat bahwa kelakuan bermoral pada dasarnya Irasional (tidak masuk akal). Orang yang dewasa  diharapkan berada dipusat dimensi yang kelima.
Jika kita adalah orang yang terlalu suka buru-buru menilai, menghakimi, suka membesar-besarkan masalah, pengadu domba, tidak puas, dan berpikiran negatif tentang seseorang, baik perkataan maupun perbuatannya, tingkat perilaku bermoral kita hanya sebatas dimensi pertama.
Pada dasarnya sifat manusia itu adalah baik, (Tuhan menciptakan manusia baik) kalaupun ada yang melakukan yg jahat, pasti ada sebabnya. Penyebab itulah yang butuh kita cari, telusuri, dalami, dan pahami, sehingga kita dapat menolongnya.
Orang yang melakukan korupsi pasti ada sebabnya, orang yang memeras pasti ada sebabnya, orang yang merokok pasti ada sebabnya, orang yang menipu pasti ada sebabnya, orang yang berbohong pasti ada sebabnya. Kita mencari tahu penyebabnya, lalu menolongnya untuk mengatasi penyebabnya sehingga dia tidak lagi melakukannya. (perkataan Yesus : Pergilah dosamu sudah diampuni dan jangan berbuat dosa itu lagi)
Hogan berpendapat bahwa kelakuan bermoral pada dasarnya Irasional (tidak masuk akal). Tidak masuk akal bukan berarti tidak bisa dikerjakan/dilakukan. Tidak masuk akal butuh kekuatan besar melakukannya. Tidak masuk akal hanya dapat dilakukan oleh kekuatan yang tidak masuk akal. Kekuatan yang tidak masuk akal berasal dari Tuhan. Jika Tuhan hidup dalam diri kita, kita dapat melakukan hal-hal yang tidak masuk akal manusia.
Contohnya:
1.      Jika ditampar pipi kiri berikan pipi kanan (membalas kejahatan dengan kebaikan; membalas kemarahan dengan kemarahan)
2.       Kisah pemuda kaya yang disurh menjual hartanya, dan mengikut Yesus
3.      Yesus duduk makan dengan orang berdosa,
4.      Menjamah orang lumpuh, orang kusta,
5.      Mengampuni orang perempuan berzinah,
6.      Kelahiran yesus juga adalah hal yang irasional
7.      Dan pengajaran Tuhan Yesus lainnya
8.      Mengampuni
9.      Dan lain-lain
Kalau bukan karena kekuatan dari Tuhan yang luar biasa, yang tidak masuk akal, yang ajaib dan yang penuh dengan belas kasihan, tidak akan mungkin kita dapat melakukan hal-hal itu.
Orang-orang farisi dan ahli taurat hanya berada di dimensi pertama, mereka kurang menyentuh kehidupan orang lain, kurang mendalami dan menyelami kehidupan orang lain. Sehingga bukannya melakukan pertolongan kepada orang lain, malahan makin mempersalahkan orang lain, makin membuat orang lain di posisi berdosa. Akhirnya para ahli taurat dan orang-orang farisi menjadikan diri mereka “hakim”/”tuhan” atas sesamanya. Mudah-mudahan saya dan Anda tidak melakukan hal seperti ini.
Jadi pertobatan itu menurut saya adalah bukan hanya memperbaiki moral, akhlak, dan karakter kita, tetapi juga merubah pandangan dan penilaian kita akan orang lain.
Biarlah melalui Minggu Passion pertama ini, kita lebih berusaha  untuk lebih memahami orang lain, sehingga kita bisa menolong mereka dan membawa mereka pada Kristus.